Gunung Sumbing merupakan sebuah gunung yang terdapat di pulau Jawa, Indonesia. Gunung Sumbing mempunyai ketinggian setinggi 3.371 mdpl, dan merupakan gunung tertinggi ke dua di Jawa Tengah setelah Gn.Slamet tentunya. Gunung Sumbing mempunyai empat jalur atau rute yang bisa dilewati, yaitu
dari sisi Utara jalur Garung, Dusun Garung, Desa Butuh, Kecamatan
Kalikajar, Kabupaten Wonosobo yang merupakan jalur pendakian utama dan
favorit, sisi Timur Laut, yaitu jalur Cepit, Dusun Cepit, Desa
Pagergunung, Kecamatan Bulu, Kabupaten Temanggung, dari sisi Selatan,
yaitu jalur Kaliangkrik, Kecamatan Kaliangkrik, Kabupaten Magelang, dan
sisi Barat, yaitu melalui Desa Bowongso, Kecamatan Kalikajar, Kabupaten
Wonosobo.
Dan waktu itu saya dan satu teman saya memutuskan untuk mendaki lewat rute Garung, Kab. Wonosobo. Diawali dengan mengisi data diri terlebih dahulu di buku absen yang ada di Basecamp yang sekaligus adalah rumah kepala desa setempat, di rumah kepala desa ini pendaki bisa
sambil mempersiapkan atau menata kembali bekal yang akan dibawa, juga bisa bermalam dan mendapatkan informasi mengenai Gn.Sumbing.
Pendakian kami lakukan pukul 16.00 wib lewat jalur lama, berhubung di jalur lama tidak ada sumber mata air, maka pendaki bisa mengambil air dulu di salah satu sumber air yang ada di perkampungan penduduk. Perjalanan di Km I dan Km II ini kita akan disambut oleh hamparan ladang sayuran milik penduduk, sejauh mata memandang yang ada hanyalah sayur-sayuran segar di kanan dan kiri kita. Keadaan jalan masih landai dengan kemiringan normal, setelah melewati trek yang cukup panjang kita akan sampai di Km III yang merupakan malim (batas ladang dengan hutan) disini kita mulai disambut tanjakan-tanjakan yang mulai terjal karena melewati dua buah bukit yakni bukit Genus dan Seduplak Roto dengan view kanan kiri berupa ilalang dan pepohonan, di Km IV yang juga merupakan bukit-bukit trek masih berupa tanjakan-tanjakan dengan kondisi jalan berupa tanah liat dan tanah merah berpasir sama seperti di km sebelumnya yang bisa membuat pendaki kehabisan nafas.
Dan sampailah kita di km V atau biasa disebut Pestan (Pasar Setan) 2.437 mdpl, disini adalah tempat bertemunya jalur lama dengan jalur baru yang berupa tempat terbuka yang cukup luas dengan sedikit pepohonan, disini pendaki bisa mendirikan tenda untuk beristirahat, tetapi harus berhati-hati karena sering terjadi angin kencang dan badai yang berbahaya dan juga konon pendaki akan mencium bau semerbak bunga, bila bau bunga ini mengikuti dia, maka ada sosok mahkluk halus yang membuntutinya.
Perjalanan kita lanjutkan dengan trek yang masih menanjak terjal, pendaki akan sampai di Pasar Watu dimana banyak terdapat batu berserakan. Di depannya dinding batu berdiri menjulang, jalur disini kelihatannya rawan soalnya bener-bener terbuka dengan kanan dan kiri jurang. Dan selanjutnya pendaki jangan mengambil jalan lurus dengan cara memanjat dinding terjal tersebut karena jalur itu buntu, pendaki harus mengambil jalan kekiri sedikit menurun mengelilingi dinding batu terjal dengan melipir tebing yang di kiri adalah jurang yang sangat dalam. Dengan menelusuri sisi-sisi batuan terjal kita akan tiba di km VI yang biasa di sebut Watu Kotak (2.763mdpl) sebuah batu yang besar seperti kotak yang memiliki ceruk, dapat digunakan untuk berlindung dari tiupan angin dan hujan. Di tempat ini ada sedikit ruang untuk mendirikan tenda kecil. Di sini pendaki dilarang buang air di sembarang tempat, karena tempat ini adalah salah satu tempat yang keramat.
Selanjutnya kita akan melewati Tanah Putih, yang berupa batuan kapur.
Jalur sangat berat, terjal dan berbatu-batu, dengan kemiringan sekitar 70-80 derajat. sebaiknya pendaki berhati-hati
karena ada batu-batuan rapuh yang mudah jatuh menggelinding ke bawah, setelah trek yang cukup menguras tenaga tersebut baru kemudian pandaki akan sampai
di puncak Buntu.
Untuk menuju kawah ambil arah sebelah kanan sedangkan untuk menuju puncak sejati lurus ke atas.
Thanks a lot to,
Dan sampailah kita di km V atau biasa disebut Pestan (Pasar Setan) 2.437 mdpl, disini adalah tempat bertemunya jalur lama dengan jalur baru yang berupa tempat terbuka yang cukup luas dengan sedikit pepohonan, disini pendaki bisa mendirikan tenda untuk beristirahat, tetapi harus berhati-hati karena sering terjadi angin kencang dan badai yang berbahaya dan juga konon pendaki akan mencium bau semerbak bunga, bila bau bunga ini mengikuti dia, maka ada sosok mahkluk halus yang membuntutinya.
Perjalanan kita lanjutkan dengan trek yang masih menanjak terjal, pendaki akan sampai di Pasar Watu dimana banyak terdapat batu berserakan. Di depannya dinding batu berdiri menjulang, jalur disini kelihatannya rawan soalnya bener-bener terbuka dengan kanan dan kiri jurang. Dan selanjutnya pendaki jangan mengambil jalan lurus dengan cara memanjat dinding terjal tersebut karena jalur itu buntu, pendaki harus mengambil jalan kekiri sedikit menurun mengelilingi dinding batu terjal dengan melipir tebing yang di kiri adalah jurang yang sangat dalam. Dengan menelusuri sisi-sisi batuan terjal kita akan tiba di km VI yang biasa di sebut Watu Kotak (2.763mdpl) sebuah batu yang besar seperti kotak yang memiliki ceruk, dapat digunakan untuk berlindung dari tiupan angin dan hujan. Di tempat ini ada sedikit ruang untuk mendirikan tenda kecil. Di sini pendaki dilarang buang air di sembarang tempat, karena tempat ini adalah salah satu tempat yang keramat.
view dari Watu Kotak landscape Gn.Sindoro. (Dokumentasi: Langit Pagi)
Untuk menuju kawah ambil arah sebelah kanan sedangkan untuk menuju puncak sejati lurus ke atas.
Senja di Puncak Buntu. (Dokumentasi: Langit Pagi)
Thanks a lot to,
- Rombongan pendaki dari Karawang
- Rombongan pendaki dari Yogyakarta
- Rombongan pendaki dari Kopeng
0 komentar:
Posting Komentar
Betapa megahnya setiap kata yang tertinggal dan terukir di Langit Pagi
~~Terima kasih~~